Senin, 08 Juli 2013

Biologi


PARTHENOGENESIS DAN KELAINAN PEMBUAHAN

A.    Pengertian
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Partenogenesis dapat kita lihat pada kutu daun, lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo dan hiu ternyata juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama dengan beberapa genera ikan, amfibi, dan reptil - yang telah menunjukkan bentuk reproduksi aseksual yang berbeda.
Dalam sumber lain namun memiliki arti dan tujuan yang sama Parthenogenesis pada hewan adalah proses dimana hewan betina mampu bertelur & menghasilkan keturunan tanpa pembuahan dari hewan jantan. Parthenogenesis jarang terjadi pada hewan bertulang belakang atau vertebrata dan belum pernah terjadi pada spesies Rhacodactylus.

B.     Mekanisme Parthenogenesis
Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian di atas bahwa parthenogenesi merupakan suatu peroses perkembangbiakan Aseksual pada suatu mahluk hidup, yang mana individu betina tidak membutuhkan pembuahan dari pada hewan jantan, akan tetapi parthenogenesis hanya terjadi pada hewan-hewan tertentu yang biasanya berdasarkan faktor keturunan dan pola hidup. Sebagaimana terjadi pada seekor Komodo di suatu penakaran di LONDON/INGGRIS.
Komodo tersebut mampu memproduksi 4 butir telur awal tahun kemarin sedangkan komodo betina tadi ngga pernah ‘berhubungan’ dengan komodo jantan selama kurang lebih 2 tahun. Tapi komodo betina juga bisa menghasilkan telurnya melalui proses perkawinannya dengan komodo jantan, dalam arti melalui perkawinan yang normal-normal saja. Sekedar info, masa mengerami komodo berjangka waktu sekitar 7 hingga 9 bulan, Hampir sama kaya manusia ya?

Berdasarkan riset para ilmuwan, karena hewan-hewan ini di berada di penangkaran selama bertahun-tahun tanpa mendapat akses untuk berhubungan dengan pejantannya, mereka jadi bisa ber-reproduksi secara parthenogenetic. Tapi kemampuan untuk mereproduksi parthenogenetically ini jelas kemampuan turun temurun. Komodo betina mampu memanfaatkan kemampuannya untuk bereproduksi tanpa hubungan seksual  ketika, misalnya aja, dia terdampar sendirian di sebuah pulau tanpa ada komodo jantan untuk membantunya berkembang biak.
Adapun Yang lebih menarik lagi, karena proses genetika ini, telur-telur komodo parthenogenetic bisa dipastikan akan selalu menetaskan bayi komodo yang berjenis kelamin jantan. Ini bisa dibuktikan dengan komodo betina  yang memiliki satu kromosom  W dan satu kromosom Z, sedangkan komodo jantan memiliki dua kromosom Z. Telur dari komodo betina membawa satu kromosom, baik kromosom Z atau W, dan ketika proses partenogenesis terjadi, baik kromosom Z atau W akan diduplikasi, hal ini menyebabkan telur jadi berkromosom WW atau ZZ. Telur berkromosom WW ngga bisa hidup, tetapi telur yang memiliki kromosom ZZ  bisa berkembang dan ini berarti menghasilkan bayi komodo jantan.
Setelah melalui proses parthenogenesis, komodo betina yang diberi kesempatan kawin dengan komodo jantan juga akan bisa kembali menghasilkan telurnya melalui proses perkawinan yang normal dengan komodo jantan, dan bisa membangun sebuiah koloni baru. Para peneliti mengatakan untuk memastikan keragaman genetik Komodo yang dipelihara di penangkaran, kebun binatang mungkin harus menempatkan komodo jantan dan betina untuk menghindari reproduksi aseksual yang hanya menghasilkan bayi komodo jantan.
Mekanisme Parthenogenesis



C.     Contoh Parthenogenesis
v  KOMODO,
Hanya ada sekitar 4.000 ekor komodo di alam liar yang hanya bisa ditemukan di tiga pulau di Indonesia: Pulau Komodo, Flores dan Rinca. Komodo jantan yang udah dewasa bisa tumbuh sampai sepanjang 3 meter dan beratnya bisa mencapai 90 kg, itulah yang bikin mereka dapat julukan sebagai ‘kadal terbesar di bumi’. Binatang ini sangat menarik untuk dipelajari, karena mereka sangat unik.Referensi hasil penelitian juga ada yang menunjukkan fakta bahwa Megalania – kerabat dekat dari Komodo yang sudah punah juga berbisa. Oleh karena itu sepertinya komodo akan menjadi binatang berbisa terbesar yang pernah hidup.
Fakta menarik lainnya, kadal terbesar di dunia ini melakukan proses parthenogenesis.. Nah lhoo, apaan lagi nih? Proses parthenogenesis itu adalah sebuah proses dimana dia mampu melahirkan telur2nya tanpa ada kontak dari jantannya. Keren ngga tuh..! Udah ada serangkaian tes yang menunjukkan kalo komodo betina bisa mengembangkan sel telurnya  tanpa dibuahi sperma komodo jantan.
Salah satu bukti nyata adalah seekor komodo yang dipelihara di kebun binatang Chester di Inggris. Komodo tersebut belum pernah dijadikan satu atau melakukan perkawinan dengan jantannya tapi dia bisa menelurkan 11 telur di awal tahun ini, tapi sayangnya, 3 di antaranya membusuk. Para ahli bilang sih telur2 tadi hasil dari reproduksi aseksual.

v  GECKO
Beberapa waktu yang lalu seorang penghobi bernama Favazza mengatakan telah menyaksikan Caledonian Giant Geckos yang dipeliharanya melahirkan untuk yang ketiga kalinya tanpa adanya ‘campur tangan’ gecko jantan. Favazza membeli 2 ekor gecko R. l. henkeli betina itu dari ahli gecko yang bernama Philippe de Vosjoli pada tahun 2006. Favazza mengatakan setelah kedua gecko peliharaannya mulai menghasilkan telur dengan embrio yang tumbuh sebagian atau tumbuh sepenuhnya, dia mengirimkan foto geckonya ke de Vosjoli untuk memastikan keduanya betina. Favazza menyatakan kedua gecko miliknya tidak pernah memiliki ‘kontak’ dengan hewan lain.
Favazza mengatakan geckonya sudah memproduksi kira kira 15 embryo dari 18 kumpulan telur dan selain itu, kumpulan telur yang lain masih dalam inkubasi. Favazza percaya kalau kedua geckonya betina & mengalami proses parthenogenesis karena jumlah hari yang diperlukan untuk mengeluarkan kumpulan telur mereka terlalu kecil jika dihasilkan dari gecko yang sama. Periode normal antara tiap kumpulan biasanya antara 5 hingga 7 minggu. Sedangkan sebelumnya, telur telur yang dihasilkan hanya terpisah jarak 11 hari.
Favazza menyatakan bahwa tanggal 7 Juli 2009, bayi pertama yang menetas keluar dari kumpulan telur salah satu gecko Nuu Ana New Caledonian-nya. Dia percaya bayi gecko ini juga akan mengalami proses parthenongenesis seperti induknya jika sudah mencapai umur 2 tahun.
Keturunan yang dihasilkan dari parthenogenesis secara genetic sama dengan induknya. Favazza ingin lebih memperjelas penemuannya dengan melakukan test DNA. Tapi proses ini memerlukan waktu yang lama & biaya yang tidak sedikit. Dia cukup puas dengan bukti yang dipegangnya sekarang dan percaya suatu saat nanti akan muncul gecko lain yang bertelur secara parthenogenesis dan akan membuat parthenogenesis pada Nuu Anas bisa diterima oleh orang lain yang tidak percaya.
Favazza berharap di masa depan akan ada lebih banyak lagi keturunan gecko yang dihasilkan secara parthenogenetik. Favazza mengatakan banyak embrio yang tidak bisa bertahan karena sepertinya mereka berkembang melebihi ukuran cangkang telurnya. Untuk meningkatkan kesempatan hidup telur telur geckonya, Favazza bereksperimendengan suhu & media inkubasi yang berbeda beda. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan embryo untuk tumbuh lebih cepat, dan karena itu lebih baik menetas dengan tubuh yang lebih kecil dariapada tumbuh besar saat masih dalam telur.
D.    Kelainan Pembuahan
Fertilisasi atau pembuahan merupakan suatu peroses bertemunya sel sperma dan ovum dalam tuba palopi untuk berkembang menjadi zigot dan tahapan selanjutnya akan berakhir menjadi individu baru. Namun dalam perkembanganya dapat mengalami gangguan baik yang disebabkan dari luar maupun dalam induknya, ataupun oleh sebab-sebab lain.
Adapun contoh kelainan pembuahan antara lain :
A.Hamil Anggur
Merupakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.  Merupakan hamil yang tidak ada bayinya. Sebenarnya ada 2 tipe, ada yang ada bayinya dan ada yang tidak, akan tetapi kalaupun ada juga tidak dapat hidup. Bayi anggur disebabkan karena  sel telur ibu tidak memiliki kromosom . jadi ada keabnormalan di reproduksi wanita.
HAMIL dan anggur, adalah dua kata yang menjadi kebahagiaan dan berkah bagi manusia. Namun, jika menjadi satu untaian kata, hamil anggur, justru menjadi petaka bagi para calon orang tua. Dokter umum Agustining Rahayu mengatakan, hamil anggur adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran mirip gerombolan buah anggur.

“Hamil anggur sepintas lalu seperti hamil biasa, tapi isinya bukan janin, melainkan gelembung-gelembung mola. Kadang-kadang ada juga yang isinya gelembung mola tetapi masih ada janin. Pada keadaan ini, biasanya janin tidak bisa dipertahankan dan mengalami keguguran,”. istilah medis hamil anggur adalah Mola Hidatidosa, yakni kehamilan yang tidak normal, di mana sel telur yang telah dibuahi tidak tumbuh dan membelah sebagaimana mestinya.
Pada hamil anggur, jelasnya, sel telur yang telah dibuahi tumbuh secara “liar” dan cepat sehingga hanya terbentuk gerombolan gelembung-gelembung yang menyerupai buah anggur. Pada kehamilan anggur ini, perut wanita terlihat lebih besar dibanding dengan usia kehamilannya.

“Janin yang dikandung biasanya tidak mampu bertahan hidup, namun gelembung-gelembungtersebut terus saja membesar, tumbuh terus sehingga tampak seperti gerombolan buah anggur. Itulah sebabnya mengapa orang awam sering menyebutnya dengan hamil anggur,”
Penanganan hamil anggur adalah dengan kuretase. Setelah itu harus dimonitor dan di follow up dengan dengan ketat, karena kehamilan mola bisa berkembang ke arah proses keganasan yang disebut dengan chorio-carcinoma.
Dikatakan, beberapa faktor yang sering dikaitkan sebagai penyebab hamil anggur ini yaitu mutasi genetik (buruknya kualitas sperma atau ovum), kehamilan di mana janin akan mati dan tak berkembang, kekurangan vitamin A, darah tinggi, serta faktor gizi yang kurang baik.
Diperkirakan bahwa faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.
Apakah hamil anggur sama dengan hamil di luar kandungan? Menurut dr Ayu, hamil di luar kandungan terjadi apabila tempat menempel (nidasi) embrio (hasil pembuahan) berada di luar rongga rahim (carum uteri). Biasanya yang paling sering terjadi adalah menempel di saluran tuba atau saluran yang menghubungkan rahim dengan indung telur bagian kanan maupun kiri.
Disebutkan, adapun gejalanya, pada tahap awal adalah seperti kehamilan biasa, yaitu terhentinya haid disusul hasil tes positif pada kehamilan.
“Kondisi hamil di luar kandungan menjadi serius bila kehamilan terganggu, di medis disebut kehamilan ektopik terganggu (KET), umumnya tuba/saluran tempat menempelnya embrio pecah,” ungkap dr Ayu.
Gejalanya adalah nyeri perut yang hebat, disertai pucat karena ada pendarahan di dalam. Pasien cepat jatuh dalam kondisi syok, karena umumnya pendarahan yang terjadi sangat banyak tetapi tidak terlihat dari luar. Pada kondisi seperti, pasien membutuhkan penanganan yang ekstra tepat dan sedini mungkin. Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui secara pasti maka kejadian mola hidatidosa sulit untuk dicegah. Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik dapat menurunkan risiko terjadinya mola.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar